Dinar emas berdasarkan ketentuan IMN (Islamic Mint Nusantara) adalah uang emas murni yang memiliki berat 1 mitsqal atau setara dengan 1/7 troy ounce (4,44 GRAM). Sedangkan dirham perak memiliki kadar perak murni dengan berat 1/10 troy ounce atau setara dengan 3,11 gram. Akan tetapi menurut Islamic Mint World bahwa dinar setara dengan 4,25 gram.
Perlu
diketahui bahwa dinar dan dirham bukanlah mata uang asli bangsa Arab. Dinar dan Dirham adalah mata uang asli Romawi
dan Persia yang saat itu menjadi negara adikuasa dan bukan mata uang
negara-negara Arab.
Dinar dan Dirham yang beredar di jazirah Arab berasal dari Romawi dan
Persia yang dibawa oleh pedagang Arab yang berdagang dari Syam (dibawah
pengaruh Romawi) dan Yaman (dibawah pengaruh Persia). Bangsa Arab terutama berdagang secara
barter. Dan tidak pernah membuat mata uangnya sendiri kecuali tukar menukar
dengan garam atau kulit onta, jika itu bisa disebut sebagai mata uang.
Pemerintahan Islam yang kemudian berkuasa, hanya sekedar melanjutkan
tradisi dinar dan dirham dan tidak mempermasalahkan dinar dan dirham yang
dicetak Romawi dan Persia.
Koin awal yang
digunakan oleh kaum muslimin merupakan duplikat dari Dirham perak Yezdigird III
dari Sassania, yang dicetak dibawah otoritas Khalifah Uthman, radiy’allahu
anhu. Yang membedakan dengan koin aslinya adalah adanya tulisan Arab yang
berlafazkan “Bismillah”. Sejak saat itu tulisan “Bismillah” dan bagian dari Al
Qur’an menjadi suatu hal yang lazim ditemukan pada koin yang dicetak oleh kaum
Muslimin.
Umar bin Khattab menegaskan, bahwa timbangan berat emas dan perak , berat 7 dinar adalah sama dengan 10 dirham (1 mitsqol). Pada tahun 75 Hijriah (695 Masehi) Khalifah Abdalmalik memerintahkan Al-Hajjaj mencetak Dirham untuk pertama kalinya, dan secara resmi beliau menggunakan standar yang ditentukan oleh Khalifah Umar ibn Khattab. Khalifah Abdalmalik memerintahkan bahwa pada tiap koin yang dicetak terdapat tulisan: “Allahu ahad, Allahu samad”. Beliau juga memerintahkan penghentian cetakan dengan gambar wujud manusia dan binatang dari koin dan menggantinya dengan huruf-huruf.
Perintah ini diteruskan sepanjang sejarah Islam. Dinar dan Dirham biasanya berbentuk bundar, dan tulisan yang dicetak diatasnya memiliki tata letak yang melingkar. Lazimnya di satu sisi terdapat kalimat “tahlil” dan “tahmid”, yaitu, “La ilaha ill’Allah” dan “Alhamdulillah” sedangkan pada sisi lainnya terdapat nama Amir dan tanggal pencetakkan; dan pada masa masa selanjutnya menjadi suatu kelaziman juga untuk menuliskan shalawat kepada Rasulullah, salallahu alayhi wa salam, dan terkadang, ayat-ayat Qur’an. Koin emas dan perak menjadi mata uang resmi hingga jatuhnya kekhalifahan. (Sausan/berbagai sumber)
Umar bin Khattab menegaskan, bahwa timbangan berat emas dan perak , berat 7 dinar adalah sama dengan 10 dirham (1 mitsqol). Pada tahun 75 Hijriah (695 Masehi) Khalifah Abdalmalik memerintahkan Al-Hajjaj mencetak Dirham untuk pertama kalinya, dan secara resmi beliau menggunakan standar yang ditentukan oleh Khalifah Umar ibn Khattab. Khalifah Abdalmalik memerintahkan bahwa pada tiap koin yang dicetak terdapat tulisan: “Allahu ahad, Allahu samad”. Beliau juga memerintahkan penghentian cetakan dengan gambar wujud manusia dan binatang dari koin dan menggantinya dengan huruf-huruf.
Perintah ini diteruskan sepanjang sejarah Islam. Dinar dan Dirham biasanya berbentuk bundar, dan tulisan yang dicetak diatasnya memiliki tata letak yang melingkar. Lazimnya di satu sisi terdapat kalimat “tahlil” dan “tahmid”, yaitu, “La ilaha ill’Allah” dan “Alhamdulillah” sedangkan pada sisi lainnya terdapat nama Amir dan tanggal pencetakkan; dan pada masa masa selanjutnya menjadi suatu kelaziman juga untuk menuliskan shalawat kepada Rasulullah, salallahu alayhi wa salam, dan terkadang, ayat-ayat Qur’an. Koin emas dan perak menjadi mata uang resmi hingga jatuhnya kekhalifahan. (Sausan/berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar